Pengertian

Pengertian Sistem Konsinyasi dalam Bisnis

admin

Halo pembaca yang budiman! Bisnis konsinyasi mungkin terdengar asing bagi sebagian dari kita. Namun, bisnis ini ternyata sudah berlangsung cukup lama. Sistem konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara pemilik barang dengan penjual. Istilah konsinyasi sendiri berasal dari bahasa Italia, yaitu consignment yang memiliki arti “titip jual”. Dalam bisnis, sistem konsinyasi diartikan sebagai penjualan barang yang dimiliki oleh pihak lain, dan penjual bertindak sebagai agen yang bertugas untuk memasarkan barang tersebut.

Pengertian Sistem Konsinyasi

Sistem konsinyasi adalah sistem bisnis yang melibatkan dua pihak yaitu konsinyor dan konsinyee. Konsinyor adalah pihak yang menawarkan barang kepada konsinyee untuk dijual. Barang-barang tersebut dimiliki oleh konsinyor, tetapi konsinyee bertugas menjualnya dan mendapatkan keuntungan. Dalam sistem konsinyasi, konsinyee menerima barang dari konsinyor dan menjualnya sesuai dengan harga yang disepakati. Setelah barang terjual, konsinyor pada akhirnya akan membayar konsinyee atas barang yang sudah terjual dan diambil oleh pembeli.

Tujuan sistem konsinyasi adalah untuk membantu konsinyor dalam menjual barang-barangnya dengan lebih mudah, sementara untuk konsinyee, sistem ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus memiliki barang yang dijual. Sistem konsinyasi biasanya diterapkan pada barang-barang dengan nilai yang tinggi seperti mobil, perhiasan, lukisan, dan furnitur, tetapi dapat digunakan pada barang apapun.

Dalam sistem konsinyasi, konsinyor bertanggung jawab atas persediaan barang yang mereka miliki, termasuk biaya penyimpanan, pengangkutan, dan asuransi. Konsinyee bertanggung jawab atas biaya promosi dan pemasaran. Namun, konsinyor dan konsinyee harus bekerja sama dalam menentukan harga jual yang sesuai dengan pasar agar barang dapat terjual dengan cepat.

Sistem konsinyasi sering digunakan oleh pasar loak atau toko barang bekas, di mana pemilik barang bekas ingin menjual barang mereka tetapi tidak memiliki waktu atau kemampuan untuk melakukannya sendiri. Dalam kasus ini, pemilik barang akan memberikan barang-barang mereka ke pasar loak atau toko barang bekas, dan tidak akan menerima pembayaran sampai barunya terjual.

Keuntungan bagi konsinyee dalam sistem konsinyasi adalah tidak perlu mengeluarkan modal untuk membeli persediaan barang. Konsinyee juga dapat memberikan variasi kepada pelanggan dengan menyediakan barang-barang yang belum pernah mereka lihat. Dalam situasi di mana bahan baku atau persediaan sukar didapat, sistem konsinyasi dapat menjadi solusi yang tepat untuk memperoleh persediaan barang dan mengelola pemakaian waktu.

Sistem konsinyasi juga dapat membantu konsinyor untuk menjangkau pelanggan dan pasar yang lebih luas. Konsinyor yang bersikap proaktif dalam mencari konsinyee-konsinyee potensial akan dapat meningkatkan keuntungannya, sementara konsinyee dapat memperoleh laba tambahan dengan menjual barang-barang yang diberikan konsinyor.

Namun, ada risiko bagi konsinyee dalam sistem konsinyasi. Konsinyee harus berhati-hati dalam menentukan harga jual yang tepat agar dapat memperoleh untung. Jika konsinyee menjual barang-barang itu pada harga yang tidak masuk akal atau menginflokasikan harga tinggi, barang-barang yang disediakan konsinyor tidak akan terjual, dan dia tidak akan menerima pembayaran apa pun. Oleh karena itu, konsinyee harus meluangkan waktu untuk memahami pasar dan melakukan riset terhadap barang yang akan dijual.

Di sisi lain, ada risiko bagi konsinyor dalam sistem konsinyasi. Salah satu risiko terbesar adalah kemungkinan kerusakan atau kehilangan barang yang senilai dengan harga jual, karena dipegang konsinyee. Oleh karena itu, konsinyor harus memastikan bahwa konsinyee dapat memberikan jaminan keamanan barang.

Berdasarkan ulasan di atas, sistem konsinyasi adalah bentuk kerja sama usaha yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sistem ini dapat membantu bisnis untuk meningkatkan penjualan mereka, memperluas pasar, dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Keuntungan dari Sistem Konsinyasi

Konsinyasi adalah sebuah sistem di mana pemilik toko atau pengecer tidak perlu membayar biaya pembelian terlebih dahulu karena mereka hanya membayar setelah barang dijual pada pelanggan. Dalam sistem konsinyasi ini, pemilik barang atau supplier akan menyimpan barang-barang tersebut pada toko atau perusahaan pengecer dan akan mendapat pembayaran setelah barang tersebut terjual. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan pengusaha atau pemilik toko ketika menggunakan sistem konsinyasi ini.

1. Mengurangi Risiko untuk Menyimpan dan Menjual Produk

Dalam sistem konsinyasi, pemilik toko yang menerima produk tidak perlu membayar terlebih dahulu saat membuat pembelian sehingga dapat mengurangi risiko pengeluaran modal yang cukup tinggi. Sistem ini juga membantu mengurangi risiko barang yang tidak terjual, karena pemilik barang atau supplier masih memiliki hak kepemilikan hingga barang itu dijual. Jadi, pemilik toko tidak perlu khawatir akan rugi karena terdapat stok barang yang sangat sedikit karena pemilik barang atau supplier akan bertanggung jawab untuk mengambil barang untuk yang tidak laku menjualnya kembali pada dirinya.

2. Menjaga Likuiditas Cash Flow

Ketika pemilik toko memilih untuk membeli barang secara tradisional, maka mereka harus membayar biaya pembelian terlebih dahulu, bahkan sebelum barang terjual. Ini berdampak pada likuiditas cash flow pemilik toko. Namun, dengan sistem konsinyasi, pemilik toko hanya membayar supplier setelah barang terjual. Hal ini membuat pemilik toko tetap memiliki likuiditas cash flow, yang berarti ia tidak perlu membayar sejumlah besar biaya modal untuk barang. Likuiditas cash flow yang selalu stabil ini juga memiliki dampak besar pada kelangsungan bisnis karena pemilik toko dapat membuat banyak keputusan bisnis dengan kepercayaan diri dengan menjaga cash flow dengan baik.

3. Terlepas dari Tanggung Jawab untuk Mengelola Stok

Banyak pemilik toko atau pengecer yang mengeluhkan tanggung jawab untuk mengelola stok barang. Dalam konsep konsinyasi ini, pemilik stok atau supplier yang memiliki tanggung jawab untuk tetap mengelola stok barangnya, sehingga pemilik toko tidak lagi merasa khawatir dengan pengaturan stok. Pemilik barang atau supplier akan memastikan barang-barang tersedia dan memberitahukan bila barang tersebut harus di replenish atau menghilangkan barang yang sudah kadaluarsa dan tidak diperlukan lagi. Dengan demikian, pemilik toko memiliki kebebasan untuk fokus pada aktivitas penjualan dan pemasaran produk mereka.

4. Mempertahankan Jalur Distribusi yang Efektif

Penggunaan sistem konsinyasi juga dapat membantu pemilik toko mempertahankan jalur distribusi yang efektif untuk produk-produk tertentu. Jika pemilik toko tidak mampu menjual produk tertentu dalam jangka waktu tertentu, sistem konsinyasi bisa sangat membantu. Jika pemilik toko memutuskan untuk tidak lagi menjual produk tersebut, barang tersebut dapat dikembalikan pada supplier. Selain itu, jika produknya laris dan dicari banyak orang, pemilik toko dapat menambah pemesanan produk tersebut kapan saja sehingga mempercepat dalam pengiriman barang.

Itulah beberapa keuntungan dari sistem konsinyasi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas bisnis toko. Intinya, sistem konsinyasi menguntungkan oleh kedua belah pihak karena pemilik toko tidak perlu mengeluarkan modal terlebih dahulu, dan pemilik barang atau supplier juga menjamin produknya dijual tanpa perlu khawatir dengan stoknya. Semua berjalan dengan lebih efisien dan efektif sehingga bisnis dapat berkembang lebih cepat.

Model Kerja Sistem Konsinyasi

Sistem konsinyasi adalah sistem yang berbasis pada sebuah kerjasama antara dua pihak yaitu penjual dan pihak konsinyat yang bertindak sebagai pengambil dan menjual barang untuk memperoleh keuntungan bagi keduanya. Model kerja sistem konsinyasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Persetujuan Kerjasama

Model kerja sistem konsinyasi dimulai dengan adanya persetujuan kerjasama antara penjual dan pihak konsinyat. Selama tahap ini, keduanya akan membahas kondisi kerjasama termasuk harga barang, persentase keuntungan, jangka waktu penjualan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pengelolaan barang.

2. Penyerahan Barang

Setelah persetujuan mencapai kesepakatan, penjual akan menyerahkan barang kepada pihak konsinyat. Pada titik ini, penjual masih memegang kendali atas barang dan pihak konsinyat bertindak sebagai pemegang barang yang bertanggung jawab atas pengambilan, pengelolaan, dan penjualan barang.

3. Pengambilan Barang oleh Konsinyat

Pihak konsinyat bertanggung jawab untuk mengambil barang dari pihak penjual. Selama ini, barang masih menjadi milik penjual dan konsinyat hanya bertindak sebagai konsultan yang menjual produk tersebut. Perjanjian antara konsinyat dan penjual mencantumkan detail harga, jangka waktu penjualan, serta persentase keuntungan yang diperoleh.

Dalam hal ini, pihak penjual masih memegang kendali atas barang hingga terjadi penjualan resmi oleh pihak konsinyat. Konsinyat akan mendapatkan keuntungan berdasarkan harga jual minus biaya operasional seperti biaya promosi dan transportasi. Sementara itu, pihak penjual akan menerima pendapatan dari penjualan barang setelah dikurangi biaya operasional.

4. Pengelolaan Barang

Selama proses penjualan, konsinyat bertanggung jawab untuk mengelola barang, termasuk promosi dan pelayanan pelanggan. Agar barang cepat terjual, konsinyat harus memastikan barang tersedia dalam kondisi yang baik dan memperkenalkannya ke pasar yang tepat. Konsinyat bertanggung jawab untuk menjaga kualitas barang dan menghindari kerusakan selama dalam pengelolaannya.

5. Pelaporan

Konsinyat harus membuat laporan bulanan yang berisi detail penjualan, keuntungan, biaya promosi, biaya operasional, dan lainnya. Laporan ini harus diserahkan kepada penjual sebagai bukti transaksi. Pelaporan berkala sangat penting untuk memperlihatkan performa penjualan dan keuntungan yang dihasilkan, serta menganalisis hal-hal yang harus ditingkatkan atau diubah selama kerjasama berlangsung.

Itulah model kerja sistem konsinyasi yang bertujuan untuk memastikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Namun, risiko juga ada dalam pengelolaan bisnis konsinyasi, terutama saat barang tidak cepat terjual atau terjadi kerusakan selama proses pengelolaan. Oleh karena itu, penjual dan konsinyat harus memahami risiko yang mungkin terjadi dan selalu berkomunikasi secara terbuka selama menjalankan sistem ini.

Peluang Bisnis dengan Sistem Konsinyasi

Sistem konsinyasi merupakan salah satu model bisnis yang cukup populer belakangan ini. Model bisnis ini sering digunakan untuk menjual produk-produk yang mempunyai nilai jual tinggi seperti sepeda motor, mobil, barang elektronik, perhiasan, pakaian dan lain-lain. Sistem konsinyasi sendiri memiliki pengertian sebagai bentuk kerjasama antara pemilik barang dan pihak penjual atau distributor dengan cara menitipkan barang dengan pemilik toko atau distributor dan pembayaran akan dilakukan setelah barang terjual.

Banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan membangun bisnis menggunakan sistem konsinyasi. Anda bisa meminimalkan resiko dengan memperoleh produk sesuai yang dipesan pelanggan dan Anda tidak perlu mengeluarkan modal awal dalam pembelian sejumlah produk untuk dijual. Dalam sistem konsinyasi, pembeli akan terlebih dahulu membayar produk yang dipesan dan pembayaran tidak akan diterima oleh pemilik barang sampai barang terjual. Hal ini akan membuat Anda terhindar dari kerugian jika barang yang dijual tidak terlaku dengan baik di pasar.

Mendengar hal tersebut, tidak salah jika Bisnis menggunakan sistem konsinyasi menjadi pilihan bagi sebagian besar pelaku usaha. Namun tentunya tidaklah semudah membalikkan tangan, pastinya Anda harus berusaha keras agar peluang bisnis dengan sistem konsinyasi berjalan dengan baik. Beberapa tips berikut ini bisa membantu Anda untuk membangun bisnis dengan sistem konsinyasi:

Pahami Indikator Pasar

Sebelum memulai bisnis dengan sistem konsinyasi pastikanlah Anda memahami indikator pasar. Kenali barang atau produk yang akan Anda jual dengan mengecek kualitas, harga dan kebutuhan pasar. Setelah itu, mulailah menawarkan kepada konsumen. Tidak lupa, pastikan Anda mempunyai partner bisnis yang terpercaya untuk menjalankan model bisnis konsinyasi Anda.

Membuat Perjanjian Kerjasama Yang Jelas

Membuat perjanjian kerja sama yang jelas merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam kerjasama dengan sistem konsinyasi. Perjanjian kerjasama bisa berisi rincian terkait bagaimana proses kerjasama akan dijalankan, pembagian keuntungan dan risiko, hingga masalah terkait pengembalian produk bila barang tidak terjual.

Menjaga Kualitas Barang

Saat menjalankan bisnis menggunakan sistem konsinyasi, menjaga kualitas barang sebaiknya menjadi prioritas utama. Pastikan barang yang dititipkan dalam kondisi terbaik dan bersih sebelum ditampilkan. Berikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dengan memberikan saran dan panduan saat memilih barang yang akan dibeli. Hal ini akan membuat pelanggan merasa nyaman untuk membeli barang pada toko Anda dan membuat mereka akan cenderung memilih toko Anda daripada toko lain.

Menentukan Harga Yang Tepat

Harga jual yang ditetapkan haruslah tepat dan cukup sesuai dengan budget konsumen saat membeli barang atau produk. Periksa harga yang bersaing di pasaran sebelum menentukan harga jual untuk menarik pelanggan. Hindari harga yang terlalu mahal ataupun terlalu murah. Harga yang terlalu mahal akan membuat pelanggan kecewa dan terlalu murah akan merugikan Anda sebagai penjual.

Memiliki Strategi Pemasaran

Memiliki strategi pemasaran yang tepat akan mempermudah para pelaku usaha dalam memperkenalkan produknya ke masyarakat. Melalui strategi pemasaran yang tepat, akan mempermudah dalam memasarkan produk Anda kepada para konsumen. Mulai dari yang sederhana seperti memperkenalkan produk melalui iklan, memberikan diskon dan voucher, sampai dengan kolabroasi dengan influencer.

Demikian beberapa tip yang bisa Anda lakukan untuk membangun bisnis dengan sistem konsinyasi. Menjalankan bisnis memang memerlukan kerja keras dan kehati-hatian, Namun, dengan melakukan beberapa langkah yang tepat, bisnis dengan sistem konsinyasi bisa menjadi pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin merintis usaha.

Contoh Penerapan Sistem Konsinyasi di Berbagai Industri

Sistem konsinyasi merupakan salah satu cara bisnis yang populer di dunia karena penghematan biaya yang signifikan. Dalam sistem tersebut, barang atau produk dikirimkan dari produsen ke penjual berdasarkan kebutuhan. Penjual memiliki tanggung jawab untuk menjual produk tersebut dan membayar kepada produsen setelah penjualan terjadi. Berikut adalah beberapa contoh penerapan sistem konsinyasi di berbagai industri:

1. Industri Pakaian

Industri pakaian merupakan salah satu contoh utama penerapan sistem konsinyasi. Produsen mengirimkan produk baru ke toko dan toko memiliki waktu tertentu untuk menjual produk tersebut. Jika produk laris terjual, maka toko bisa meminta pengiriman produk lagi. Namun, jika produk terlalu lama terjual, maka produsen bisa meminta toko untuk mengembalikan produk tersebut.

Sistem konsinyasi sangat membantu toko dan produsen, karena toko tidak perlu mengeluarkan modal besar untuk membeli produk, dan produsen bisa memperkirakan kapan produk dibutuhkan dan kapan harus memproduksi kembali.

2. Industri Obat-obatan

Sistem konsinyasi juga diterapkan di industri obat-obatan. Produsen memasok obat-obatan ke apotek, dan apotek hanya membayar bagi obat-obat yang terjual. Sistem ini cukup menguntungkan bagi apotek karena mengurangi risiko kelebihan persediaan yang tak terjual. Sementara itu, produsen bisa meminimalkan risiko persediaan terukur yang tidak terjual.

Namun, sistem konsinyasi di industri obat-obatan juga memiliki risiko tersendiri, terutama dalam hal keamanan produk yang dikirim. Oleh karena itu, produsen dan apotek harus memastikan sistem pengiriman dan penyimpanan produk yang aman dan terawat.

3. Industri Elektronik

Industri elektronik juga menerapkan sistem konsinyasi, terutama pada produk-produk yang mudah tersusut nilai, seperti gadget dan aksesoris. Produsen dapat memasok produk baru ke toko atau reseller, dan pembayaran dilakukan hanya ketika produk terjual. Dalam hal ini, toko memiliki kesempatan untuk menguji pasar sebelum menambah stok produk.

Sistem konsinyasi juga memungkinkan produsen untuk memperkenalkan produk baru di pasaran tanpa menanggung risiko finansial besar. Jika produk baru tidak laris, produsen tetap memiliki opsi untuk mengambil produk kembali dan tidak menerima pengembalian uang dari toko atau reseller.

4. Industri Makanan dan Minuman

Sistem konsinyasi juga diterapkan dalam industri makanan dan minuman, terutama di toko-toko khusus makanan dan minuman. Produsen mengirimkan produk ke toko tanpa biaya untuk toko, dan produk akan dibayar jika produk terjual.

Sistem konsinyasi sangat membantu produsen dalam menghindari kelebihan persediaan dan meminimalkan risiko keuangan yang tidak terduga. Selain itu, toko-toko khusus makanan dan minuman juga dapat mencoba dan memperkenalkan produk-produk baru kepada konsumen tanpa harus membeli produk secara langsung.

5. Industri Otomotif

Contoh terakhir penerapan sistem konsinyasi pada industri otomotif. Dealer mobil biasanya menerapkan sistem ini ketika memiliki kendaraan yang ingin mereka jual secara efektif tanpa harus membeli kendaraan dari produsen terlebih dahulu. Dalam sistem konsinyasi, dealer hanya membayar produsen setelah mobil terjual.

Sistem konsinyasi memungkinkan dealer untuk memperluas penjualan mereka tanpa harus meningkatkan persediaan, sehingga meminimalkan risiko modal. Di sisi lain, produsen masih dapat menjual persediaan mereka meskipun tidak langsung kepada konsumen akhir.

Secara keseluruhan, sistem konsinyasi telah terbukti efektif dalam bisnis di berbagai industri. Meskipun memiliki manfaat besar dalam mengurangi risiko keuangan dan persediaan, ada juga risiko yang harus diperhatikan, seperti risiko pengiriman dan risiko keamanan produk.

Itulah penjelasan mengenai sistem konsinyasi dalam bisnis yang perlu diketahui untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana bisnis bekerja. Dalam sistem konsinyasi, penjual akan menitipkan barang kepada pihak yang ditunjuk untuk dijualkan, dan pembeli akan membeli barang langsung dari pihak tersebut. Adapun keuntungan dari sistem ini adalah penjual tidak akan merugi jika barangnya tidak terjual, karena pembeli harus membayar barang terlebih dahulu sebelum penjual memberikan barang yang dipesan tersebut. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan Anda tentang dunia bisnis. Terima kasih telah membaca.

Baca Juga