Pengertian

Pengertian Tasawuf Menurut Para Ahli

admin

Halo pembaca yang budiman! Bagi sebagian orang, tasawuf mungkin masih terdengar asing di telinga. Namun, bagi pemeluk agama Islam, tasawuf menjadi salah satu cabang yang mengarahkan pada kehidupan spiritualitas. Tasawuf sendiri memiliki pengertian yang beragam menurut para ahli. Mulai dari pandangan sufistik, etymologi, filsafat, dan banyak lagi. Bagaimana para ahli mendefinisikan tasawuf? Simak ulasan selengkapnya di artikel ini!

Definisi Tasawuf

Tasawuf, atau yang juga dikenal dengan istilah Sufisme, berasal dari kata “suf” yang dalam bahasa Arab berarti wol. Lambang ini menggambarkan para pengikut tasawuf yang mengenakan pakaian sederhana dari bahan wol untuk menghindari kesenangan duniawi yang berlebihan. Menurut para ahli tasawuf, tasawuf merupakan jalan khusus dalam memperoleh kejernihan hati dan kedekatan dengan Tuhan.

Istilah tasawuf sebenarnya sulit untuk didefinisikan secara pasti. Namun, para ahli tasawuf memandang tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara mencapai kebenaran hakiki dan kedekatan dengan Tuhan melalui penghapusan ego dan peningkatan kesadaran spiritual. Tasawuf bukan hanya sekedar menghafalkan ayat-ayat suci atau melakukan ibadah-ibadah fisik, namun juga melibatkan hati dan pikiran. Tasawuf berkaitan erat dengan internalisasi ajaran agama dan penguasaan diri.

Menurut al-Ghazali, seorang ulama besar dan salah satu tokoh terkemuka dalam dunia tasawuf, tasawuf adalah bagian dari agama yang sangat penting. Ia bahkan menyebutkan bahwa orang yang tidak mempelajari tasawuf sama halnya dengan orang yang mempelajari agama namun tidak memiliki akhlak yang baik. Al-Ghazali juga memandang tasawuf sebagai jalan untuk mengetahui Tuhan dan diri sendiri yang dibutuhkan sebagai modal dalam meraih kebahagiaan hakiki.

Sedangkan menurut Ibn Khaldun, seorang filosof dan ilmuwan Muslim terkenal, tasawuf merupakan bagian dari pengetahuan spiritual yang juga dikenal sebagai irfan. Irfan sendiri berkaitan dengan kesenangan dan pengalaman batiniah, melampaui pemahaman akal dan fisik. Orang yang mempelajari tasawuf diharapkan dapat mengalami kesenangan spiritual yang menyeluruh dan merasakan kehadiran Tuhan.

Menurut Ali bin Uthman al-Hujwiri, seorang tokoh tasawuf abad ke-11, tasawuf adalah sebuah cabang ilmu khas yang mempelajari metode untuk mencapai kesadaran spiritual dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia juga menekankan pentingnya pengendalian diri, yaitu dengan mengurangi kebutuhan duniawi dan mengarahkan perhatian pada kebesaran Tuhan.

Tasawuf juga dipandang sebagai jalan menuju kesempurnaan akhlak. Menurut Imam Mawlana Syekh Nazim Adil al-Haqqani, seorang tokoh spiritual dan penulis terkenal, tasawuf adalah seni peningkatan moral dan spiritual. Ia mengatakan bahwa tasawuf melatih manusia agar memiliki akhlak yang mulia, seperti rendah hati, tawadhu’, dan kasih sayang.

Dalam pengembangannya, tasawuf juga menghasilkan banyak karya sastra spiritual sebagai bukti perjalanan spiritual para sufi. Karya-karya sastra ini antara lain kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali, kitab Masnavi karangan Jalaluddin Rumi, dan kitab Durr al-Thamin karangan Said Hawwa. Karya-karya ini menggambarkan perjalanan spiritual para sufi, termasuk kisah-kisah mengenai pencarian kebenaran hakiki dan perjuangan melawan ego.

Dalam kesimpulannya, tasawuf memiliki pengertian yang sangat luas dan dalam. Tasawuf bukan sekedar ibadah atau pengetahuan agama, melainkan seni peningkatan spiritual dan akhlak. Tasawuf menjadikan hati dan pikiran sebagai pusat dari kegiatan keagamaan dan memandang Tuhan sebagai sumber kebahagiaan hakiki. Karya-karya sastra spiritual yang dihasilkan para sufi menjadi bukti keberadaan tasawuf sebagai bagian penting dalam perjalanan spiritual manusia.

Sejarah Perkembangan Tasawuf

Tasawuf atau sufisme adalah salah satu cabang dalam agama Islam yang memiliki ciri khas tertentu. Tasawuf berasal dari bahasa Arab yakni “suf” yang berarti wol atau bulu domba, merujuk pada pakaian jubah yang dipakai oleh para ahli tasawuf sebagai lambang kesederhanaan hidup. Tasawuf telah muncul sejak awal mula agama Islam dan berkembang di sepanjang sejarah Islam.

Perkembangan tasawuf diawali pada abad keempat Hijriyah, atau sekitar abad kesepuluh Masehi. Pada masa itu, tasawuf muncul di jazirah Arab sebagai sebuah bentuk kritik atas kehidupan sosial yang tengah menjamur dalam masyarakat Muslim sekitar itu. Tasawuf kemudian berkembang sebagai sebuah gerakan keagamaan dalam Islam pada abad kelima Hijriyah atau sekitar abad kesebelas Masehi. Pada masa itu, tasawuf berkembang sebagai alternatif bagi para ulama yang merasa kecewa dengan kondisi sosial masyarakat Muslim pada masa itu.

Perkembangan tasawuf pada awalnya dilakukan melalui tradisi lisan atau sebut saja tradisi sufi, dimana petunjuk dan pengajaran diberikan secara lisan dari para gurunya pada murid-muridnya. Para gurunya ini adalah orang-orang yang telah mempunyai pengertian dan kecerdasan spiritual yang mumpuni dalam beragama. Mereka mampu menuntun murid-muridnya agar dapat meraih kebahagiaan hidup dan kedamaian batin melalui kegiatan ritual dan pengabdian pada Tuhan.

Pada masa perkembangan awal tasawuf induk bagi gerakan tasawuf adalah Syi’ah. Syi’ah menjadi landasan awal gerakan tasawuf dan memperkayanya dengan faktor ajaran-ajaran yang berkembang meliputi ekstase (syathah), kefanaan (fana), penyesuaian diri dengan wahyu (tanzih), serta keinsafan akan kehadiran sang Khalik (ma’rifah). Selain itu, filosofi Syi’ah juga menjadi landasan awal gerakan tasawuf dengan kepercayaan pada Imamah, yaitu pemimpin yang memiliki koneksi langsung dengan Tuhan untuk menjadi perantara dengan para pengikutnya. Konsep tentang suci, cinta, dan kesalehan dari kalangan Sufi diadopsi dari Imamah. Tahun 400 Hijriah, Shafi’i mendukung tasawuf dan memadukan sufisme dengan filsafat.

Tasawuf kemudian mengalami perkembangan yang signifikan pada abad ketujuh Hijriyah atau sekitar abad keempat belas Masehi, dimana para tokoh sufi seperti Jalaluddin Rumi, Ibn Arabi, dan Abu al-Hasan al-Shadhili mengambil peran penting dalam mengembangkan tasawuf. Hal tersebut terlihat dalam sejumlah karya tulis mereka yang menjadi rujukan bagi para pengikut tasawuf hingga saat ini.

Tasawuf telah berkembang secara luas di dunia Islam dan menjadi gerakan keagamaan yang cukup besar. Kumarat al-Tasawuf sebagai kitab suci tasawuf dan kitab yang sering dipelajari oleh para pengikut tasawuf. Pada masa perkembangan tasawuf, gerakan ini semakin meluas ke berbagai pelosok dunia Islam seperti Maghreb, Asia Tenggara, dan India.

Di Indonesia sendiri, tasawuf berkembang sejak abad ke-12 dan terus mengalami perkembangan sampai saat ini. Pengaruh tasawuf terhadap budaya dan masyarakat di Indonesia sangat besar, dimana gerakan ini telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi Indonesia dalam mengamalkan agama Islam. Bahkan, banyak pesantren yang memasukkan sufisme sebagai menu pelajarannya hingga saat ini.

Dalam perkembangannya, tasawuf telah menghasilkan banyak tokoh sufi yang terkenal, seperti Rumi, Ibn Arabi, Junaid Baghdadi, dan masih banyak lagi. Karya tulis mereka telah memiliki dampak yang besar pada perkembangan tasawuf hingga saat ini.

Kesimpulannya, tasawuf atau sufisme telah berkembang sejak awal mula agama Islam dan menjadi gerakan keagamaan yang penting di dunia Islam. Meskipun sempat mengalami tantangan dalam sejarahnya, tasawuf tetap bertahan dan berkembang hingga saat ini.

Konsep dan Prinsip Dasar Tasawuf

Tasawuf dianggap sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam Islam yang khusus mempelajari tentang kedekatan seseorang dengan Allah SWT, sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang melatih seseorang secara khusus dalam menggapai makrifatullah atau pengenalan diri kepada Sang Khalik. Konsep dasar tasawuf dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang akhlak, di mana para ahli tasawuf menekankan pentingnya memperbaiki budi pekerti dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai kedekatan dengan Allah SWT.

Prinsip dasar tasawuf dalam mencapai kesempurnaan akhlak adalah dengan membersihkan hati dari berbagai macam penyakit seperti sifat tamak, iri hati, dengki, kebencian, dan lain-lain. Adapun cara yang paling umum dilakukan para ahli tasawuf untuk membentuk karakter yang baik adalah melalui zuhud atau menjauhkan diri dari keinginan duniawi dan fokus pada kehidupan akhirat. Selain itu, mantra sufi merupakan salah satu cara tersendiri dalam mencapai kebersihan hati dan kesempurnaan akhlak.

Untuk mencapai tujuan tasawuf, para pelaku tasawuf menyiapkan diri dengan lebih banyak mendekatkan diri pada Allah SWT melalui berbagai macam amalan baik yang menyertakan puasa, sholat, dzikir, dan tadarus Al-Quran, serta berbagai macam kesenian seperti qasidah, munajat, atau nyanyian-nyanyian sufi lainnya. Selain itu, para ahli tasawuf juga berusaha merenungkan makna dari ayat-ayat Al-Quran sebagai sumber ilmu dan hikmah yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Mereka juga mengutamakan tata cara memperlihatkan etika yang baik, seperti sopan dan santun dalam berbicara dan berkarya.

Selain itu, pemahaman konsep tasawuf juga dapat berkembang dari kajian sufistik atas karyanya faham tasawuf, seperti rujukan filsafat, hukum, dan al-Qur’an. Pemahaman tasawuf ofensi karena menyesuaikan dengan pemahaman sosial dan memadukan dengan rasa cinta yang mendalam pada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan semua makhluk yang tercipta. Sifat ini dikenal sebagai realizasi sosial, di mana individu yang menjalankan tasawuf dituntut untuk memahami lingkungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pribadi dan bersama.

Sebagai sebuah praktik spiritual, tasawuf bergantung pada ketekunan, kesabaran dan ketekunan. Tasawuf juga menekankan pentingnya pergi ke tempat-tempat suci seperti masjid, pangkalan sufi, atau pondok pesantren untuk belajar dan berlatih bersama-sama dengan para ulama sufi. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, tasawuf menjadi alat untuk mencapai kedamaian dalam diri sendiri dan kemudian menciptakan kedamaian di lingkungan sekitarnya.

Secara singkat, tasawuf adalah cara untuk mencari dan mengetahui Allah SWT dengan cara membuat hati selalu dekat denganNya. Pelaku tasawuf diberikan kesempatan untuk terus-menerus memperbaiki karakter, memperdalam konsep agama, dan memperkuat semangat religiusitas.

Tasawuf memegang keyakinan bahwa pencarian jati diri yang sejati, atau mencapai pengenalan diri kepada Tuhan, merupakan jalan menuju kebahagiaan yang langgeng dan kesempurnaan akhlak. Oleh karena itu, tasawuf menekankan pentingnya bersungguh-sungguh dan memiliki keterikatan diri kepada Sang Pencipta dalam rangka mencapai kesempurnaan diri dan kesempurnaan akhlak.

Cabang-cabang Tasawuf

Tasawuf adalah salah satu disiplin ilmu dalam Islam yang mempelajari tentang spiritualitas dan hubungan manusia dengan Tuhan. Tasawuf bukanlah sebuah agama, melainkan lebih kepada sebuah gaya hidup dan budaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tasawuf dalam beberapa literatur juga dikenal sebagai “Irfan” atau “Tashawwuf”. Saat ini, ada beberapa cabang tasawwuf yang dikenal para ahli, di antaranya:

1. Qadiriyah

Cabang tasawwuf pertama adalah Qadiriyah. Dalam Qadiriyah, pentingnya zikir dalam ibadah menjadi fokus utama. Zikir dilakukan dengan cara mengingat Allah melalui hati. Qadiriyah lahir di Uzbekistan pada abad ke-12 oleh Abdul Qadir Al-Jailani. Saat ini Qadiriyah memiliki banyak pengikut di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

2. Naqsyabandiyah

Cabang tasawwuf kedua adalah Naqsyabandiyah. Naqsyabandiyah adalah gerakan tasawuf yang paling terkenal di Timur Tengah dan Asia Tengah. Dalam Naqsyabandiyah, fokus utama adalah mengatasi ego dan syahwat manusia dengan melatih diri untuk mencari rahmat Allah.

3. Shattariyah

Cabang tasawwuf ketiga adalah Shattariyah. Shattariyah adalah gerakan tasawuf yang berasal dari Persia, lahir pada abad ke-15. Cabang tasawuf ini menekankan pentingnya pengajaran guru spirituil dan mengamalkan zikir untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Pada masa sekarang, gerakan Shattariyah banyak berkembang di Iran dan India.

4. Kubrawiyah

Cabang tasawuf keempat adalah Kubrawiyah. Kubrawiyah adalah salah satu gerakan tasawuf terbesar di Asia Tengah dan Transoxiana. Gerakan ini berasal dari kota Buchara pada abad ke-12 oleh ulama Persia yang diakui sebagai syekh yang suci, Najibuddin Kubra. Di Kubrawiyah, para murid diajarkan tentang pentingnya tawassul (perantara), mengamalkan zikir, tasbih dan salawat kepada Nabi Muhammad.

Itulah beberapa cabang tasawuf yang dikenal para ahli. Meski berbeda satu sama lain, namun tujuan-akhirnya adalah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda para pembaca.

Kontribusi Tasawuf dalam Pendidikan dan Spiritualitas Islam

Tasawuf merupakan salah satu cabang dalam Islam yang sering disebut sebagai ilmu kerohanian atau ilmu hakikat. Sebagai suatu konsep spiritual dalam Islam, tasawuf mencakup kesadaran tentang penciptaan Tuhan dan mengembangkan ketaqwaan untuk memenuhi perintah-Nya. Tasawuf selalu berfokus pada pengembangan karakter dan kemampuan rohani dan intelektual individu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan dalam hidup.

Banyak ahli telah menulis tentang tasawuf dan kontribusinya dalam pendidikan dan spiritualitas Islam. Berikut adalah pengertian tasawuf menurut beberapa ahli dan kontribusinya dalam pendidikan dan spiritualitas Islam:

1. Al-Ghazali

Menurut Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali, tasawuf merupakan pengetahuan tentang hakikat kehidupan dan pengetahuan tentang Tuhan. Kontribusi al-Ghazali dalam pendidikan dan spiritualitas Islam adalah dengan mengajarkan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya dapat dicapai dengan menjaga hati yang bersih dan melakukan amal saleh. Al-Ghazali juga mengajarkan bahwa ketaqwaan adalah dasar pendidikan dalam kehidupan.

2. Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa tasawuf adalah ilmu tentang kebenaran dan pengetahuan tentang Tuhan. Kontribusinya dalam pendidikan dan spiritualitas Islam adalah dengan mengajarkan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya dapat dicapai dengan membiasakan diri dengan akhlak yang baik dan tetap berpegang pada ajaran-ajaran Islam.

3. Jalaluddin Rumi

Jalaluddin Rumi dikenal sebagai salah satu tokoh besar tasawuf di dunia. Ia mengajarkan bahwa tasawuf adalah perjalanan spiritual yang dilakukan untuk memperoleh kesadaran tentang Tuhan dan mengembangkan keterampilan dalam menjalankan perintah-Nya. Kontribusinya dalam pendidikan dan spiritualitas Islam adalah dengan mengajarkan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya dapat dicapai dengan menjalankan ajaran-ajaran Islam secara utuh dan membangun kepercayaan diri dalam masyarakat.

4. Abu Yazid al-Bustami

Menurut Abu Yazid al-Bustami, tasawuf adalah pengetahuan tentang bagaimana mencapai tujuan hidup. Ia mengajarkan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya dapat dicapai dengan memperoleh kebijaksanaan dan kemampuan untuk menghadapi kesulitan.

5. Imam Al-Haddad

Imam Al-Haddad mengajarkan bahwa tasawuf adalah ilmu tentang memurnikan hati dan perbuatan agar selaras dengan ajaran-ajaran Islam. Kontribusinya dalam pendidikan dan spiritualitas Islam adalah dengan mengajarkan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya dapat dicapai dengan pengembangan hati yang bersih dan mental yang kuat. Ia mengajarkan bahwa keberhasilan dalam hidup hanya dapat dicapai dengan ketaqwaan, moralitas yang baik dan kemampuan untuk berpikir kritis.

Dari kelima ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tasawuf memiliki kontribusi penting dalam pendidikan dan spiritualitas Islam. Tasawuf mengajarkan tentang pengembangan karakter dan kemampuan rohani dan intelektual individu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan dalam hidup. Oleh karena itu, tasawuf sangat berharga dalam memperkaya ilmu pengetahuan dan budaya Islam.

Terima kasih sudah membaca artikel ini dan semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pengertian Tasawuf menurut para ahli. Dari para ahli yang dikutip dalam artikel ini, dapat disimpulkan bahwa Tasawuf mempunyai beragam definisi, tetapi pada dasarnya adalah tentang pengalaman spiritual dan hubungan manusia dengan Tuhan. Tasawuf juga mengajarkan nilai-nilai seperti keikhlasan, kecintaan, dan penolakan terhadap keserakahan dunia. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahami Tasawuf dengan lebih baik, penting untuk membaca dan memperdalam pemahaman tentang ajaran ini.

Baca Juga