Halo pembaca yang budiman! Apakah kamu pernah mendengar istilah Wahabi? Wahabi adalah salah satu mazhab dalam ajaran Islam yang terkenal kontroversial. Banyak pandangan yang berbeda-beda terhadap Wahabi, ada yang menganggapnya sebagai agama yang radikal dan ekstremis, tetapi ada pula yang meyakini kesederhanaannya dalam beribadah dan pengamalan Syariah Islam. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai pengertian Wahabi dan pandangan mereka terhadap ajaran Islam secara singkat dan jelas. Yuk, simak bersama-sama!
Definisi Wahabi
Wahabi adalah kelompok atau cabang dari Sunni Islam yang berasal dari Arab Saudi. Kelompok ini berasal dari pendiriannya oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab pada abad ke-18. Wahabi memegang prinsip-prinsip keagamaan yang ketat dan secara konsisten menerapkannya dalam kegiatan keagamaan mereka. Selain itu, mereka percaya bahwa hanya ajaran Islam yang ditemukan dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang harus diterapkan dalam kehidupan.
Wahabi menganggap dirinya sebagai agama yang lebih murni dan menganggap diri mereka sebagai kelompok Sunni yang mengikuti Islam yang sesungguhnya. Bentuk ekstremisme dari kelompok Wahabi termasuk kecenderungan untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang menentang ajaran mereka, baik Muslim maupun non-Muslim.
Meskipun Wahabi berada di bawah payung ajaran Sunni, kelompok ini dikenal karena menolak beberapa praktik Islam yang diakui secara luas oleh kelompok Sunni lainnya.
Selain itu, kelompok ini tidak menoleransi perbedaan pendapat dalam agama dan cenderung menolak diskusi yang berbau kontroversial. Akibatnya, Wahabi sering dianggap sebagai kelompok yang sangat kaku dan eksklusif dalam tata cara beragama mereka.
Pokok-pokok ajaran Wahabi antara lain memuliakan Tawassul, kebijaksanaan salafiyah dan kepatuhan pada Allah SWT dan mengikuti ayat-ayat suci Al-Quran. Tawassul adalah dhikr-bitation ritual yang melibatkan proses doa yang dipimpin oleh seorang imam atau guru sufi. Sedangkan ketaatan pada Allah SWT mengajarkan Islam sebagai agama yang berasal dari Allah, dan menghormati Al-Quran sebagai sumber kebijaksanaan dan kebenaran.
Hal ini tentu saja berbeda dari bentuk keagamaan yang diadopsi oleh kelompok Sunni lainnya, yang mencakup kecenderungan untuk lebih fleksibel dalam tafsir keagamaan, terutama dalam hal menafsirkan Hadis atau ucapan Nabi Muhammad SAW.
Wahabi juga cenderung memiliki sikap yang keras terhadap penghormatan pada Nabi Muhammad SAW. Mereka percaya bahwa penghormatan seperti memberikan hadiah kepada Nabi bukanlah tindakan yang patut dilakukan, bahkan jika hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dalam menuju kepada Allah. Ini adalah penolakan terhadap sebagian tafsiran tradisional Islam, yang menganggap bahwa penghormatan terhadap Nabi sangat penting dalam Islam.
Wahabi juga dikenal karena interpretasi mereka yang serba hitam dan putih dalam menafsirkan ajaran Islam. Mereka berkeyakinan bahwa semua ajaran Islam harus mengikuti terjemahan dan interpretasi harfiah dari Al-Quran. Beberapa ahli agama berpendapat bahwa sikap ini lebih memperkuat kecenderungan Wahabi untuk menolak semua jenis perdebatan dan diskusi tentang Islam.
Secara keseluruhan, Wahabi dapat dianggap sebagai kelompok yang sangat kaku dalam mengikuti ajaran Islam. Meskipun mengikuti prinsip-prinsip keagamaan yang ketat, kelompok ini dapat menjadi sangat eksklusif dan bahkan menentang ajaran Islam yang diakui secara luas oleh kelompok Sunni lainnya. Sebagai hasil dari interpretasi mereka yang serba hitam dan putih, kelompok ini juga tidak memiliki toleransi terhadap pandangan agama yang berbeda.
Asal Usul dan Sejarah Wahabi
Wahabi adalah suatu tarekat Islam yang berakar dari Arab Saudi dan didirikan oleh Muhammad Abdul Wahab pada abad ke-18. Tarekat ini mengusung paham salafiyah yakni mengembalikan Islam ke ajaran salaf (pendahulu) yakni generasi awal Islam.
Awalnya, Muhammad Abdul Wahab memulai dakwahnya di daerah Nejd (wilayah tengah Saudi) pada tahun 1744. Beliau mengajarkan kembali paham tauhid dan menyerukan penghapusan berbagai praktik bid’ah (perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama).
Kepercayaan wahabi berkembang pesat pada tahun 1803 setelah keluarga Saud bergabung dan membentuk kerajaan Saudi pertama. Dalam sejarahnya, kerajaan ini juga dikenal dengan sebutan Kerajaan Diriyah.
Di bawah kerajaan ini, wahabi mengalami perkembangan yang pesat di seluruh wilayah Arab Saudi, bahkan ke wilayah-wilayah tetangga seperti Yaman dan Kuwait. Penguasa Kerajaan Diriyah saat itu, Muhammad bin Saud dan Muhammad Abdul Wahab, bersama-sama berjuang untuk memperluas pengaruh wahabi.
Akan tetapi, setelah kekuasaan Kerajaan Diriyah runtuh pada tahun 1818, wahabi berusaha untuk mengembangkan pengaruhnya di bawah naungan kekuasaan meskipun terkadang mendapat pemukulan dari kekuatan lain.
Pengaruh wahabi kembali meningkat pada abad ke-20 setelah penguasa Arab Saudi saat ini, Abdulaziz al-Saud mendirikan Kerajaan Saudi modern pada tahun 1932. Wahabi diakui sebagai pemikiran negara dan mulai dianggap sebagai pengaruh utama dalam masyarakat Saudi.
Saat ini, Dua sejarah dalam pengaruh wahabi yang menjadi sorotan dunia adalah tindakan militan kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) dan dukungan Arab Saudi terhadap kelompok militan tersebut.
Kelompok ISIS secara langsung terkait dengan pemikiran wahabi dan mendapat dukungan dari sejumlah masyarakat Saudi dalam bentuk relawan, dana, dan senjata. Namun, banyak ulama dan tokoh wahabi menentang tindakan militan ISIS karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Dukungan Arab Saudi terhadap kelompok militan menjadi kontroversial dan menuai kritik dari banyak pihak. Hal ini terjadi karena Arab Saudi merupakan negara Sunni yang menganut paham Islam wahabi yang dianggap sebagai kekuatan utama di Timur Tengah.
Namun, pengaruh wahabi bukan semata-mata tentang tindakan ekstremis atau dukungan pemerintah Arab Saudi terhadap militan. Pengaruh wahabi juga terlihat dalam berbagai sektor di masyarakat Saudi seperti pendidikan, media, dan hiburan.
Sistem pendidikan di Arab Saudi didominasi oleh paham wahabi dengan materi pelajaran yang dipilih sedemikian rupa sehingga siswa tidak diperkenankan mengembangkan pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang diajarkan.
Begitu pula dalam lingkungan media dan hiburan, pengaruh wahabi sangat terasa. Sejumlah dari program acara televisi dan radio memiliki arahan agar tidak menampilkan hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam ekstremis.
Secara keseluruhan, pengaruh wahabi di masyarakat Saudi sangat kuat dan memiliki pengaruh signifikan dalam hidup sehari-hari. Namun, seiring berkembangnya zaman dan pemahaman yang semakin baik tentang tarekat ini, banyak orang mulai mengevaluasi pemikiran wahabi dan mempertanyakan konsep-konsep yang di ajarkan.
Doktrin Wahabi dalam Agama Islam
Wahabi merupakan suatu aliran ideologi dalam Islam yang berasal dari Arab Saudi, pada abad ke-18. Aliran ini dipimpin oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang juga seorang pengajar Islam dan ulama. Doktrin Wahabi memiliki pengaruh yang besar pada banyak wilayah yang berada di tangan Arab Saudi saat ini.
Mereka meyakini bahwa ajaran Islam harus dipahami secara harfiah dan tegas sesuai dengan the Holy Quran dan Hadiths. Selain itu, wahabi juga memperjuangkan supaya tidak ada penafsiran atau pemahaman terhadap ayat Al-Quran dan Hadiths yang menyalahi dengan apa yang mereka sebut sebagai “aturan Islam” yang sudah tertulis dalam tafsir, hadith dan lawas wahhabi Al-Salaf.
Aliran ini fokus pada penyucian tauhid (keyakinan dalam satu Tuhan) dan memperingatkan umat Islam tentang bahaya-bahaya bid’ah (pengenalan atau pengikutan kepercayaan atau praktek baru yang tidak berasal dari Sunah Nabi). Mereka meyakini bahwa ajaran mazhab Islam yang lainnya telah menyimpang dari ajaran asli Islam yang didasarkan pada the Holy Quran. Karena itu, mereka bersikeras memaksa masyarakat muslim untuk mengikuti ajaran mereka yang sebenarnya.
Konsep tauhid menjadi fokus utama untuk aliran ini, mereka menyatakan bahwa ta’hid dalam Islam tidak hanya berarti kepercayaan dalam satu Tuhan, melainkan juga kepercayaan dalam aturan-aturan Islam yang berdasarkan Sunnah dalam memahami Al-Quran. Oleh karena itu, mereka mengutuk praktek-praktek, ritual, dan keyakinan yang mereka anggap melenceng dari praktek Islam yang benar, seperti ziarah kubur, upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad dan perayaan maulid.
Wahabi juga mempromosikan konsep bid’ah hasanah yang berarti pengenalan atau pengikutan kepercayaan atau praktek baru sebagai bagian dari Islam. Mereka meyakini bahwa ini dapat menciptakan kemajuan dalam umat Islam jika dilihat dari perspektif mereka. Strategi promosi bid’ah hasanah yang mereka gunakan maupun kebijakan-kebijakan wahabi pada masa kini terkadang memancing kritikan dan penolakan dari berbagai kalangan karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama Islam yang sebenarnya.
Beberapa praktik yang dianggap melanggar doktrin Wahabi adalah minum alkohol, merokok, mengonsumsi makanan yang tidak halal, dan aktivitas musik yang mirip dengan aktivitas penyembahan Tuhan atau yang menyetir seseorang untuk melupakan ibadah kepada Tuhan dan menggunakan waktu berlebihan hanya untuk musik dan tari-tarian.
Menurut pandangan wahabi, kebiasaan-kebiasaan tersebut harus dihapuskan sepenuhnya. Praktek-praktek atau perayaan yang melanggar ajaran Islam juga harus dihentikan dan ditinggalkan oleh umat Islam. Wahabi yakin bahwa hanya dengan mempertahankan kepercayaan sesuai dengan Sunnah dan Kitab Suci (Al-Quran), umat Islam dapat mempertahankan kepercayaan mereka dan menghilangkan praktik-praktik yang mengganggu.
Untuk mengamati dan memberi sanksi terhadap pelanggaran ajaran Islam, wahabi memperkenalkan suatu bentuk semi-demarkasi yang disebut sebagai peradilan semu. Keberadaan pengadilan semu ini menjadi pengawal bagi masyarakat muslim dalam mengikuti ajaran Islam dengan benar.
Demikianlah, doktrin Wahabi dalam Islam menjadi sangat penting terutama di Arab Saudi juga banyak negara-negara Muslim lainnya. Meskipun ada kritikan dari kalangan masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan menyeluruh yang diterapkan oleh Wahabi, tapi ajaran-ajaran ini bertujuan untuk memelihara keimanana dan menjaga kelangsungan hidup umat Islam.
Perbedaan Wahabi dengan Aliran Muslim Lainnya
Wahabi adalah sebuah gerakan atau aliran yang muncul di Arab Saudi pada awal abad ke-18. Gerakan ini lahir sebagai upaya untuk mengembalikan Islam ke cara yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad. Para pengikut Wahabi percaya bahwa semua hal dalam Islam harus dikembalikan kepada sumber aslinya, yaitu Alquran dan Hadits. Mereka percaya bahwa semua pengajaran yang tidak berasal dari dua sumber ini bisa menjadi goyangan atau pengaruh dari tindakan manusia dan bisa menyesatkan umat Islam.
Dalam praktiknya, pengikut Wahabi terkenal dengan kekakuan dan intoleransi terhadap aliran Muslim lainnya. Beberapa perbedaan utama antara Wahabi dengan aliran Muslim lainnya adalah:
1. Interaksi dengan non-Muslim
Satu perbedaan utama antara gerakan Wahabi dan aliran Muslim lainnya adalah interaksi dengan orang non-Muslim. Wahabi menganggap bahwa orang non-Muslim harus sepenuhnya diabaikan dan dihindari, bahkan jika mereka tetangga atau teman kantor. Oleh karena itu, gerakan ini menolak praktik toleransi agama atau dialog antaragama yang dianjurkan oleh aliran Muslim lainnya.
2. Penghormatan terhadap Nabi Muhammad dan keluarganya
Pengikut Wahabi sangat menghormati Nabi Muhammad dan keluarganya. Namun, mereka menolak praktik pembacaan doa kepada nabi atau keluarganya. Mereka menganggap bahwa praktik ini merupakan bentuk penyembahan terhadap orang yang telah mati dan bertentangan dengan prinsip monotheisme yang dianut dalam Islam.
3. Penggunaan musik dan seni
Wahabi percaya bahwa penggunaan musik dan seni dalam Islam adalah haram atau dilarang. Gerakan ini percaya bahwa musik dan seni akan menimbulkan hasrat yang merusak moral seseorang. Mereka menganggap bahwa praktik semacam ini merupakan pengaruh kebudayaan non-Islam yang merusak Islam.
4. Kebebasan individu dalam beragama
Pengikut Wahabi percaya bahwa tidak ada kebebasan individu dalam beragama. Mereka menganggap bahwa Islam adalah cara hidup yang utuh, dan segala sesuatunya harus sesuai dengan Alquran dan Hadits. Oleh karena itu, mereka melarang praktik yang dianggap tidak sesuai Alquran dan Hadits, seperti perayaan ulang tahun, Halloween, dan Natal.
Keempat perbedaan di atas adalah intisari dari perbedaan antara Wahabi dan aliran Muslim lainnya. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua pengikut Wahabi memiliki pandangan yang sama terhadap praktik Islam. Ada banyak varian dan cabang dari gerakan Wahabi, dan mereka semua memiliki kepercayaan dan praktik yang berbeda-beda.
Kontroversi dan Kritik terhadap Wahabisme
Wahabisme, juga dikenal sebagai Salafi atau Ahlul Hadits, adalah aliran Islam yang berasal dari Arab Saudi pada abad ke-18. Aliran ini didirikan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab, seorang ulama muslim yang ingin memulihkan pemahaman Islam ke asal-usulnya. Sejak itu, Wahabisme telah menyebar ke seluruh dunia, dan sering dikritik karena kebijakan dan praktiknya yang kontroversial.
Berikut adalah beberapa Kontroversi dan Kritik terhadap Wahabisme:
1. Menyebarkan paham radikal
Salah satu kontroversi utama yang mengelilingi Wahabisme adalah dicap sebagai kelompok pemikir yang radikal. Aliran Wahabisme dikenal karena penekanannya pada kefanaan atau penafian mistisisme Sufi dalam agama Islam, meskipun ajaran-ajaran ini bersifat pribadi dan tidak dapat dipaksakan pada yang lain. Wahabisme juga dikritik karena mempromosikan tindakan politik dan sosial yang ekstrem, seperti pengeboman dan tindakan kekerasan lainnya.
2. Diskriminasi terhadap wanita
Wahabisme sering dikritik karena perlakuan diskriminatif terhadap wanita. Ahli Wahabiyah menganggap bahwa wanita harus mematuhi tata cara tertentu dalam berpakaian dan perilaku sosial yang sangat ketat dalam aturan syariat. Sebagai contoh, wanita dilarang untuk berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya (keluarga dekat), menerima pendidikan yang sama dengan lelaki, atau bekerja di bidang yang ditentukan secara khusus untuk laki-laki.
3. Penghancuran situs bersejarah Islam
Wahabisme dikritik karena penghancuran situs-situs bersejarah Islam yang dianggap bercorak sufi oleh kelompok yang mengikuti doktrin ini. Menurut Wahabiyah, mengunjungi atau menghormati situs bersejarah dari tokoh-tokoh sufi atau menjadikan mereka tempat ziarah adalah bentuk penyembahan berhala dan bukan ibadah. Beberapa situs bersejarah yang telah dihancurkan oleh Wahabiyah antara lain Kubah Hijau di Madinah dan makam Nabi Yunus di Mosul, Irak.
4. Penyebaran doktrin sesat
Sejumlah kelompok Islam menilai bahwa ajaran Wahabisme adalah keliru dan bahkan bisa dikategorikan sebagai sesat. Pembelajaran yang terkait dengan Wahabisme tidak mengakui Kekaisaran Islam dan peran keluarga Nabi sebagai pemimpin politik dan spiritual, selain tidak mengakui adanya kemustahilan rakyat untuk melawan penjajah yang secara hukum dan moral salah. Selain itu, Wahabisme juga mengenalkan praktik seperti pemenggalan kepala dan siksaan bagi pelakunya yang dianggap penuh dengan kesesatan dan keberagaman yang ditanamkan dari ajarannya.
5. Keterlibatan dalam gerakan teroris
Di dunia internasional, Wahabisme sering dikaitkan dengan dukungan terhadap organisasi-organisasi teroris seperti al-Qaida atau ISIS. Ada bukti bahwa kelompok-kelompok ini menerima dukungan finansial dan pengarahan ajaran wahabi. Adeeb al-Samaani, seorang profesor sosiologi di Universitas Raja Saud di Arab Saudi, menyatakan bahwa “kerap melihat bagaimana kebijakan pemerintah Saudi dalam mendanai gerakan Islamis radikal secara tidak langsung mendukung kekerasan dan terorisme yang kemudian terjadi.”
Meskipun Wahabisme telah mengalami penyebaran yang luas di seluruh dunia, kelompok ini tetap menjadi sasaran kritik karena praktek dan kebijakannya yang kontroversial dan kerap dikaitkan dengan dukungan terhadap organisasi-organisasi teroris dan ajaran lain. Namun, tak seluruh aktor yang terlibat dalam kelompok Wahabi diklasifikasikan dengan gambaran negatif seperti diatas.
Sebagai pembaca, semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai pengertian Wahabi dan pandangan mereka terhadap Islam. Seperti yang telah dijelaskan di atas, Wahabi merupakan gerakan yang mengakui dirinya sebagai penganut Islam yang murni dan mengajak untuk kembali pada ajaran salaf yang dianggap lebih murni dari segala bentuk ajaran Islam modern. Meskipun gerakan ini kerap mendapat kritikan dari banyak pihak, namun kita semua sebaiknya tetap menghargai pluralitas dalam agama dan berupaya untuk saling memahami. Sebagai umat Muslim, kita harus mengedepankan toleransi dan menjaga persatuan antar umat beragama agar dapat hidup secara harmonis di tengah masyarakat yang multikultural.